Saturday 17 May 2014

MENGEMBANGKAN &MENGGUNAKAN BUTIR-BUTIR TES ( PILIHAN GANDA )



MAKALAH
MENGEMBANGKAN &MENGGUNAKAN
BUTIR-BUTIR TES ( PILIHAN GANDA )
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Assesmen Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu: Dr. Ali Sunarso, M.Si. & Dr. Sri Haryani, M.Si


Oleh
Sutriasih                    NIM 0103513033
Titik Sumeri              NIM 0103513059


PROGRAM PASCA SARJANA
PENDIDIKAN DASAR PGSD KELAS KHUSUS
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam penyiapan bahan ulangan/ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan indikator soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk obyektif dan kaidah penulisan soal uraian.
Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan kelemahan satu sama lain. Berikut khusus akan dibahas mengenai soal tes pilihan ganda.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa sajakah bagian-bagian tes pilihan ganda?
2.      Bagaimanakahkaidah penulisan soal pilihan ganda yang baik?
3.      Bagaimanakah langkah-langkah mengembangkan butir soal?
4.      Bagaimanakah validitas soal pilihan ganda?
5.      Bagaimanakah menentukan tingkat kesukaran soal pilihan ganda?

C.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagian-bagian tes pilihan ganda.
2.      Untuk mengetahui kaidah penulisan soal pilihan ganda yang baik.
3.      Untuk mengetahui langkah-langkah mengembangkan butir soal.
4.      Untuk mengetahui validitas soal pilihan ganda.
5.      Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal pilihan ganda.



BAB II
PEMBAHASAN

Multiple choice test atau yang lebih dikenal dengan tes pilihan ganda adalah sejenis tes objektif yang masing-masing butir tes nya memiliki lebih dari dua pilihan jawaban. Jumlah pilihan ini terdiri sekurang-kurangnya tiga, pada umumnya empat, dan kadang-kadang lima. Dari lima pernyataan tersebut hanya terdapat satu pernyataan yang benar atau jawaban kunci. Sedangkan yang lain nya adalah jawaban/pernyataan yang difungsikan sebagai jawaban pengecoh. Secara harfiah jawaban pengecoh digunakan untuk menguji/mengetes peserta sebagai alat ukur kemampuan menguasai materi yang diujikan.
Dengan jumlah pilihan yang lebih banyak (dibandingkan dengan pilihan salah-benar) tes pilihan ganda memiliki keampuhan dalam sifat menjebak, yaitu berkurangnya presentase kuatnya pilihan. Hal ini bila dihitung secara matematis hasil setiap pernyataan akan berpresentase sekitar 25% dari setiap pernyataan (pernyataan sebanyak 4 pilihan).
1.    Kelebihan tes pilihan ganda
Kelebihan-kelebihan tes pilihan ganda ini meliputi ;
a.    Peluang sama untuk jawaban benar dengan sekedar menebak dibandingkan tes benar-salah
b.    Cakupan materi tes yang lebih luas
c.    Cara menjawab yang sederhana
d.   Pemeriksaan jawaban yang lebih sederhana
e.    Analisis yang lebih mudah dilakukan terhadap masing-masing butir tes maupun tes secara keseluruhan karena sekedar didasarkan atas jumlah atau presentase termasuk penghitungan realibilitas tes.
2.    Kelemahan tes pilihan ganda
Kelemahan yang paling menonjol dalam penggunaan tes pilihan ganda adalah tersedianya peluang yang terbuka lebar bagi peserta tes yang semata-mata didasarkan atas tebakan. Hal ini sering kali terjadi karena peserta tes kurang memahami persoalan seperti yang dirumuskan dalam pernyataan pokok. Cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi resiko jawaban sekedar tebak adalah merumuskan pilihan-pilihan itu sedemikian rupa sehingga menempatkan peserta tes pada posisi untuk menentukan pilihannya berdasarkan nalar dan pengetahuannya. Seperti, mengusahakan adanya kemiripan yang maksimal diantara pilihan-pilihan jawabannya. Kemiripan-kemiripan itu dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, antara lain pilihan yang sama panjang, terdiri dari jumlah kata yang sama dan sebagainya.
Cara yang dilakukan untuk menekan jawaban tebakkan yaitu dengan menggunakan sistem denda (correction for quessing). Sistem denda ini didasarkan sebagai hukuman, walaupun sebagian orang menganggap hal yang tak patut diseyogyakan sebab dianggap bermasalah.
Untuk formula dari hukum denda (pengurangan skor):
SA = ∑ JB – (∑ JS: JA )
Dengan kriteria sebagai berikut :
SA  = Skor akhir
∑ jb = Jumlah jawaban yang benar
∑JS = Jumlah jawaban yang salah
JA   = Jumlah pilihan jawaban setiap butir
Namun permasalahan yang terjadi adalah seorang korektor tidak dapat mengatakan bahwa jawaban yang terjadi adalah jawaban dengan cara sekedar tebakan atau bukan. Oleh karena tidak adanya kejelasan kriteria yang digunakan untuk menentukan jawaban hasil tebakan sistem ini lebih banyak menjadi bagian dari sekedar wacana teoritik tanpa ada penerapan dalam praktek.
Kelemahan lain yaitu terkait dengan masalah validitas bagi pemakai tes jenis pilihan ganda adalah dengan sekedar mengenali dan memilih salah satu pilihan jawaban, tes pilihan ganda dianggap sekedar mampu menyadap kemampuan yang bersifat pasif-reseptif. Sehingga yang terjadi cara semacam itu tidak memungkinkan memperoleh kesan tentang kemampuan lain yang bersifat aktif-produktif untuk mengungkapkan pikiran dalam bentuk wacana lisan atau tulis.
A.  Bagian-BagianTes Pilihan Ganda
1.    Pokok Pernyataan / Dasar Pertanyaan
Pernyataan pokok / dasar pernyataan / stimulus merupakan bagian awal dari suatu butir tes pilihan ganda dapat berupa pernyataan yang harus disikapi atau pertanyaan yang harus dijawab. Dalam hal ini sebaiknya pernyataan pokok sebaiknya merupakan pernyataan yang utuh dan bukan merupakan kalimat yang belum selesai dan harus dilengkapi dengan salah satu pilihan jawaban.
2.    Pokok Soal (Stem)
Perumusan pokok soal hendaknya menggunakan bahasa yang jelas, singkat dan sederhana.Tidak membingungkan siswa.
3.    Penyusunan pilihan jawaban (Option)
Dalam pembuatan rumusan dan susunan pilihan jawaban haruslah sebaik mungkin yang memaksa peserta tes untuk berfikir secara kritis sebelum menentukan pilihan jawabannya . Secara garis besar hal ini dapat dilakukan dengan mengusahakan agar pilihan-pilihan itu sejauh mungkin mirip satu sama lain dalam berbagai hal, terutama dalam makna, dan kaitannya dengan pernyataan pokok serta ciri-ciri kebahasaannya. Hal ini diupayakan agar peserta tes benar-benar menggunakan pengetahuannya dalam menjawab soal-soal pilihan ganda tersebut.
Pilihan jawaban yang baik adalah pilihan yang mirip satu sama lain, kemiripan itu sedapat mungkin meliputi berbagai aspek, baik bentuk, makna maupun panjang pendeknya kalimat, frasa atau kata-kata yang digunakan untuk merumuskannya. Syarat kemiripan antar pilihan jawaban dari segi makna menuntut adanya hubungan yang jelas, wajar, dan masuk akal antara pilihan jawaban dengan pernyataan pokoknya. Selain dari sisi makna panjang pendeknya sebuah pilihan juga sangat berpengaruh, sebab merupakan sisi lain dari kemiripan yang dipersyaratkan.
Kehatian-kehatian terakhir yang bersifat teknis yaitu peletakkan jawaban kunci. Hal ini untuk mengurangi kecenderungan menjawab tanpa berfikir kritis, sebab apabila sebuah kunci cenderung mengikuti sebuah pola maka tidak menutup kemungkinan dugaan-dugaan dari peserta tes untuk menebak sebuah pola kunci jawaban.
Contoh:

Dasar Pertanyaan (stimulus)

Perhatikan iklan berikut!
Dijual sebidang tanah di Bekasi, luas 4 ha. Baik untuk industri. Hubungi telp. 7777777.


Pokok  Soal

Iklan di atas termasuk jenis iklan ....

Pilihan Jawaban (option)

a.permintaan
b.propaganda
c.pengumuman
d. penawaran

 









B.  Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda Yang Baik
Dalam penulisan soal pilihan ganda ada 17 hal yang harus diperhatikan, antara lain:
  1. Soal harus sesuai dengan indikator
  2. Pengecoh harus berfungsi
  3. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar
  4. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
  5. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
  6. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
  7. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
  8. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama
  9. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas salah/benar”.
  10. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis waktunya.
  11. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.
  12. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
  13. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
  14. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
  15. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah dimengerti siswa.
  16. Jangan menggunakan bahasa yang berlakusetempat jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.
  17. Pilihan jawaban jangan mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu  kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.
C.  Langkah-langkah Mengembangkan Butir Soal
Langkah-langkah menyusun soal pilihan ganda: dimulai dengan menyusun kisi-kisi soal, selanjutnya adalah menulis/menyusun soal, sebelum test digunakanmelakukan penelaahan butir soal, dan terakhir memeriksa hasil test.
1.    Penulisan Kisi-Kisi Soal
a.    Teknik Mengisi Kisi-Kisi
Kisi-kisi dapat didefinisikan sebagai matrik informasi yang dapatdijadikan pedoman untuk menulis dan merakit soal menjadi instrument tes.Dengan menggunakan kisi-kisi, pembuat soal dapat menghasilkan soal-soalyang sesuai dengan tujuan tes. Berbagai instrument tes yang memilikitingkat kesulitan, kedalaman materi dan cakupan materi sama (paralel) akanmudah dihasilkan hanya dengan satu kisi-kisi yang baik.Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menyusun kisi-kisiantara lain:
1)   Sampel Materi
Pemilihan sampel materi yang akan ditulis butir soalnya hendaknyadilakukan dengan mengacu pada kompetensi yang ingin dicapai. Pemilihansampel materi secara representative dapat mewakili semua materi yangdiajarkan selama proses pembelajaran. Semakin banyak sampel materi yangdapat ditanyakan maka semakin banyak pula tujuan pembelajaran yangdapat diukur.
2)   Jenis Tes
Pemilihan jenis tes yang digunakan berhubungan erat dengan jumlahsampel materi yang dapat diukur, tingkat kognitif yang akan diukur, jumlahpeserta tes, serta jumlah butir soal yang akan dibuat. Ada dua jenis tes yangdapat digunakan sebagai alat ukur hasil belajar peserta ujian, yaitu tesobjektif dan tes uraian. Pemilihan jenis tes sangat terkait dengan tujuanpembelajaran yang akan diukur. Tes objektif merupakan jenis tes yang tepatdigunakan untuk ujian berskala besar yang hasilnya harus segeradiumumkan, seperti ujian nasional, ujian akhir program, dan ujiankompetensi profesi.Soal tes objektif dapat diskor dengan mudah, cepat, danmemiliki objektivitas yang tinggi, mengukur berbagai tingkatan kognitif,serta dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas dalam suatu tes.
3)   Jenjang Pengetahuan
Setiap kompetensi inti mempunyai penekanankemampuan yang berbeda dalam mengembangkan proses berfikir pesertaujian. Kumpulan butir soal yangakan digunakan dalam ujian harus dapat mengukur proses berfikir yangrelevan dengan proses berfikir yang dikembangkan selama prosespembelajaran. Dalam hal ini, kita mengenal ranah kognitif yangdikembangkan oleh Bloom dkk yang kemudian direvisi oleh Krathwoll(2001). Revisi Krathwoll terhadap tingkatan ranah kognitif adalah: ingatan(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5) dankreasi (C6). Berikut ini akan diuraikan secara singkat ke-6 jenjang prosesberfikir tersebut.
a)    Ingatan (C1), merupakan jenjang proses berfikir yang paling sederhana.Butir soal dikatakan dapat mengukur kemampuan proses berfikiringatan jika butir soal tersebut hanya meminta pada peserta ujian untukmengingat kembali tentang segala sesuatu yang telah diajarkan dalamproses pembelajaran, seperti mengingat nama, istilah, rumus, gejala,dsb, tanpa menuntut kemampuan untuk memahaminya.
b)   Pemahaman (C2), merupakan jenjang proses berpikir yang setingkatlebih tinggi dari ingatan. Butir soal dikatakan mengukur kemampuanproses berpikir pemahaman jika butir soal tersebut tidak hanya memintapada peserta ujian untuk mengingat kembali tentang segala sesuatuyang telah diajarkan dalam proses pembelajaran, tetapi peserta ujiantersebut harus mengerti, dapat member arti dari materi yang dipelajariserta dapat melihatnya dari beberapa segi. Pada tingkatan ujikompetensi, ranah kognitif C1 dan C2, tidak digunakan sebagai dasarpembuatan soal.
c)    Penerapan (C3), merupakan jenjang proses berfikir yang setingkat lebihtinggi dari pemahaman. Butir soal dikatakan mengukur kemampuanproses berfikir penerapan, jika butir soal tersebut meminta pada pesertaujian untuk memilih, menggunakan atau menggunakan dengan tepatsuatu rumus, metode, konsep, prinsip, hokum, teori atau dalil jikadihadapkan pada situasi baru.
d)   Analisis (C4), merupakan jenjang proses berfikir yang setingkat lebihtinggi dari penerapan. Butir soal dikatakan mengukur kemampuanproses berfikir analisis jika butir soal tersebut meminta pada pesertaujian untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaanmenurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahamihubungan antar bagian tersebut.
e)    Evaluasi (C5), merupakan jenjang proses berfikir yang lebih kompleksdari analisis. Butir soal dikatakan mengukur kemampuan proses berfikirevaluasi jika butir soal tersebut meminta pada peserta ujian untukmembuat pertimbangan atau menilai terhadap sesuatu berdasarkankriteria-kriteria yang ada.
f)    Kreasi (C6), merupakan jenjang proses berfikir yang paling kompleks.Proses berfikir ini menghendaki peserta ujian untuk menghasilkansuatu produk yang baru sebagai hasil kreasinya.
4)   Tingkat Kesukaran
Dalam menentukan sebaran tingkat kesukaran butir soal dalam setsoal untuk ujian, harus mempertimbangkan interpretasi hasil tes mana yangakan digunakan. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalammenginterpretasikan hasil tes, yaitu pendekatan Penilaian Acuan Patokan(PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN).
5)   Waktu Ujian
Lamanya waktu ujian merupakan faktor pembatas yang harusdiperhatikan dalam membuat perencanaan tes. Lamanya waktu ujian(misalnya 90 menit) akan membawa konsekuensi pada banyaknya butir soalyang harus dibuat. Jumlah butir soal yang akan diujikan harus diperkirakanagar soal dapat diselesaikan dalam waktu 90 menit. Jumlah butir soal tidakboleh terlalu banyak atau terlalu sedikit, untuk mengantisipasi peserta ujianmenjawab soal dengan cara menebak.
6)   Jumlah Butir Soal
Penentuan jumlah butir soal yang tepat dalam satu kali ujiantergantung pada beberapa hal, antara lain: penguasaan kompetensi yangingin diketahui, ragam soal yang akan digunakan, proses berfikir yang ingindiukur, dan sebaran tingkat kesukaran dalam set tes tersebut. Pada ujikompetensi, waktu dan jumlah butir soal telah ditetapkan, sehingga pembuatsoal dapat memperkirakan tingkat kesulitan soal.
b.   Lembar Indikator Soal
Untuk membantu mempermudah pengisian format kisi-kisi, makayang perlu dilakukan:
1)   Siapkan format kisi-kisi dan buku materi yang akan digunakan sebagaisumber dalam pembuatan kisi-kisi
2)   Setelah mengetahui kompetensi inti, maka selanjutnya menentukan indikator pembelajaranyang akan diukur. Kompetensi dasar dan indikator dirumuskan dalamkata kerja operasional, yang merupakan dasar dalam menyusun soal.
Contohkata kerja operasional: menentukan, menyebutkan,menghitung, menunjukkan, menjelaskan, mengidentifikasi,menyimpulkan.
3)   Tentukan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan digunakanuntuk mengukur ketercapaian indikator pembelajaran tersebut.Kemudian tuliskan pokok bahasan dan sub pokok bahasan tersebut padalembar kisi-kisi. Upayakan pokok bahasan dan sub pokok bahasantersebut merupakan sampel materi yang representative mewakilikeseluruhan kompetensi yang diujikan.
4)   Tuliskan berapa jumlah butir soal yang layak ditanyakan dalam satuwaktu ujian tersebut. Penentuan jumlah butir soal harus memperhatikantingkat kesukaran butir soal dan proses berfikir yang ingin diukur.
5)   Sebarkan jumlah butir soal tersebut per pokok bahasan. Penentuanjumlah butir soal per pokok bahasan hendaknya dilakukan secaraproporsional berdasarkan kepentingan atau keluasan sub pokok bahasantersebut.
6)   Distribusikan jumlah butir soal per pokok bahasan tersebut ke dalamsub pokok bahasan. Pendistribusian jumlah butir soal ini juga harusdilakukan secara proporsional sesuai dengan kepentingan atau keluasansub pokok bahasan tersebut.
7)   Distribusikan jumlah butir soal per sub pokok bahasan tersebut kedalam kolom-kolom proses berfikir dan tingkat kesukaran butir soal.Pendistribusian ini harus berpedoman pada kompetensi yang akandiukur ketercapaiannya dan proses berfikir yang dikembangkan selama proses pembelajaran
Catatan bagi penulis kisi-kisi: tentukan materi yang akan diujikansesuai dengan kompetensi inti, selanjutnya pastikan materi – materi pentingsudah terwakili, tentukan banyak soal yang akan diujikan, sesuaikan denganwaktu yang tersedia. Kemudian merumuskan indikator untuk mengukurmateri terpilih dengan bahasa yang baik dan mudah dipahami.
2.    Penulisan Butir Soal
a.    Penulisan Soal Pilihan Ganda
Tes objektif pilihan ganda merupakan jenis tes objektif yang palingbanyak digunakan.Konstruksi tes pilihan ganda terdiri atas dua bagian,yaitu pokok soal (stem) dan alternative jawaban (option). Satu di antaraalternative jawaban tersebut adalah jawaban yang benar atau yang palingbenar (kunci jawaban), sedangkan alternative jawaban yang lain berfungsisebagai pengecoh (distractor). Pokok soal dapat dibuat dalam dua bentuk,yaitu dalam bentuk pernyataan tidak selesai atau dalam bentuk kalimattanya. Jumlah alternative jawaban yang dibuat terdiri atas empat atau limaoption jawaban, untuk uji kompetensi sebanyak lima option jawaban.
Penulisan soal pillihan ganda harus memenuhi kaidah-kaidah dalam penulisan soal pilihan ganda.Tata tulis tes pilihan ganda diatur sebagai berikut. Jika pokok soal(stem) ditulis dengan kalimat tidak selesai, maka awal kalimat ditulisdengan huruf besar dan awal option ditulis dengan huruf kecil (kecualiuntuk nama diri dan nama tempat). Karena pokok soal ditulis dengankalimat tidak selesai, maka pada akhir kalimat disertai dengan empat buahtitik.Tiga buah titik yang pertama adalah titik-titik untuk pokok soal yangditulis dengan kalimat tidak selesai dan satu titik yang terakhir merupakantitik akhir alternative jawaban.Dengan demikian akhir setiap alternativejawaban tidak perlu diberi tanda titik. Jika pokok kalimat ditulis dengankalimat tanya, maka awal kalimat ditulis dengan huruf kapital dan akhirkalimat diberi tanda tanya. Setiap awal option dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik.Jenis soal yang sering digunakan dalam uji kompetensi profesiadalah soal objektif bentuk pilihan ganda yang berupa kasus.Struktur soalterdiri dari kasus (scenario/vignette), pokok soal/pertanyaan (stem/lead in),dan alternative jawaban (option). Kasus/scenario yang dibuat adalah kasus-kasusfactual/nyata, dengan pola pertanyaan harus berbentuk kata tanya,jelas dan dapat dijawab tanpa melihat option jawaban.
3.    Penelaahan Butir Soal
Sebelum butir soal tersebut digunakan untuk mengkur kompetensipeserta ujian, butir soal tersebut perlu ditelaah terlebih dahulu. Prosespenelaahan hendaknya dilakukan oleh orang yang menguasai materi dankonstruksi tes (reviewer), adapun yang harus dilakukan dalam penelaahan butir soal adalah sebagai berikut:
a.    Menelaah materi uji (harus relevan dengan kompetensi inti, bahasa dantingkat kesulitan)
b.    Menelaah struktur soal (stem-option dan atau scenario-stem-option)
c.    Menyusun kesimpulan telaahan (komentar umum dan saran, keputusanditerima, direvisi, dikembalikan kepada penyusun atau drop)
Di bawah ini adalah daftar cek yang dapat digunakan sebagai pedomandalam menelaah butir soal pilihan ganda.
No
Deskriptor
Ya
Tidak
1
Inti permasalahan yang akan ditanyakan sudahdirumuskan dengan jelas pada pokok soal


2
Tidak ada pengulangan kata yang sama pada alternative jawaban


3
Tidak ada penggunaan kalimat yang berlebihan pada
pokok soal


4
Alternative jawaban yang disediakan hendaknya logis,homogen, baik dari segi materi atau panjangpendeknya kalimat, dan pengecoh menarik untukdipilih


5
Pada pokok soal tidak ada petunjuk ke arah jawaban benar


6
Hanya ada satu jawaban yang benar atau paling benar


7
Pokok soal dirumuskan dengan pernyataan positif


8
Tidak ada alternative jawaban yang berbunyi semuajawaban benar atau semua jawaban salah


9
Alternative jawaban yang berbentuk angka sudahdisusun secara berurutan


10
Suatu butir soal tidak tergantung dari jawaban butirsoal yang lain



Catatan :
·      Konstruksi butir soal dikatakan baik jika tidak ada tanda cek pada kolom“tidak”
·      Butir soal yang tidak baik dikembalikan pada pembuat soal untukdiperbaiki, atau di drop.
Jika berdasarkan hasil penelaahan butir soal tersebut dinyatakan baik,maka butir soal tersebut siap untuk dirakit, diketik, dan kemudian digandakan.Selama proses pengembangan tes, maka kerahasiaan tes harus dijaga. Setelah tesdilakukan, maka dengan segera hasilnya diperiksa.
4.    Pemeriksaan Hasil Ujian Tes
Cara pemeriksaan pada hasil tes pilihan ganda yang paling banyakdilakukan oleh para praktisi pendidikan di lapangan adalah dengan pemeriksaansecara manual. Cara ini tepat dilakukan jika jumlah peserta tes tidak terlalubanyak dan dilakukan degan cara sebagai berikut:
1)   Buatlah master jawaban (dari plastik transparansi) dengan mengacu padaformat lembar jawaban yang digunakan peerta ujian
2)   Gunakan master jawaban tersebut untuk memeriksa setiap jawaban pesertaujian
3)   Jawaban peserta ujian yang sesuai dengan jawaban yang ada pada masteradalah jawaban yang benar, sedangkan jawaban yang tidak sesuaimerupakan jawaban yang salah
4)   Hitung jumlah jawaban yang benar sebagai dasar untuk menghitung tingkatpenguasaan yang dicapai peserta ujian.
Setelah didapatkan hasil ujian, maka dilakukan penilaian berdasarkanPenilaian Acuan Patokan (PAP) yang telah disepakati. Adapun hasilnyadinyatakan menjadi dua, yaitu: lulus ujian (kompeten) dan atau tidak lulus(tidak/belum kompeten)
D.  Validitas Soal Pilihan Ganda
            Dalam menyusun soal pilihan ganda ada 3 validitas yang harus terpenuhi, antara lain :
1.      Validitas muka (face validity)
            Validitas yang dilakukan dengan cara melihat soal secara sepintas
  1. Validitas isi (content validity)
            Validitas isi yang berupa kebenaran materi (content validity) paling layakditetapkan oleh ahli materi bersangkutan.
3.      Validitas konstruk (construct validity).
            Validitas konstruk mengacu pada konsep-konsep psikologi yang lebih mendasar. Validitas konstruk lebih tepat ditetapkan oleh ahli psikologi atau psikometri danbekerjasama dengan ahli materi.


E.  Menentukan Tingkat Kesukaran Soal Pilihan Ganda.
Untuk menentukan tingkat kesukaran soal (P), mari kita praktikkan contoh soal pilihan ganda berikut :
Air panas akan bertahan lama jika disimpan dalam bejana yang dilapisi dengan ….
a.       Kain
b.      Seng
c.       Keramik
d.      Tembaga
Table hasil analisis karakteristik soal (HAKS)
Kelompok Pilihan
A
B
C
D
Atas (KA)
1
4
0
5
Bawah (KB)
6
2
2
0
Jumlah
7
6
2
5
Keterangan :
1.      Kata ‘Pilihan’ dalam baris pertama tabel artinya pilihan jawaban untuk menjawab soal,
  1. Kata ‘Jumlah’ pada baris paling bawah menunjukkan jumlah siswa yang memilih pilihan jawaban bersangkutan.
  2. Jadi, pilihan jawaban A, B, C, dan D dipilih masing-masing oleh 7, 6, 2, dan 5 siswa. Jumlah keseluruhan peserta tes atau siswa yang menjawab soal tersebut adalah J = 7 + 6 + 2 + 5 = 20 siswa.
  3. Dengan pengetahuan tentang jumlah siswa yang memilih  jawaban A, B, C, dan D, maka kita sekarang dapat menjelaskan satu aspek karakteristik soal yang dinamakan tingkat kesukaran soal.
  4. Tanda bintang menunjukkan kunci soal.
  5. Dengan melihat jumlah siswa yang memilih pilihan jawaban D dan jumlah keseluruhan peserta tes, maka kita peroleh besarnya indeks tingkat kesukaran soal (P).
Atau P = proporsi peserta yang menjawab benar.
Untuk soal dimuka, P= jumlah siswa yang memilih jawaban D dibagi dengan jumlah keseluruhan peserta tes
 = 0,20
Tingkat Kesukaran
Rentang Nilai
Sukar
0,00 – 0,25
Sedang
0,26 – 0,75
Mudah
0,76 – 1,00









BAB III
PENUTUP
A.      Simpulan
            Dalam menulis soal pilihan ganda yang baik harus memperhatikan 17 kaidah penulisan soal pilihan ganda. Agar dapat membuat soal pilihan ganda yang baik ada 3 bagian soal yang harus diperhatikan dan dipenuhi yaitu: a. Dasar Pertanyaan (stimulus) pertanyaan, Pokok soal (stem) pernyataan, dan Pilihan jawaban (option).
            Ada tiga validitas dalam penyusunan soal pilihan ganda, yaitu: a) validitas muka (face validity), validitas yang dilakukan dengan cara melihat soal secara sepintas, b) validitas isi (content validity), validitas isi yang berupa kebenaran materi (content validity) paling layak ditetapkan oleh ahli materi bersangkutan, c) validitas konstruk (construct validity), validitas konstruk mengacu pada konsep-konsep psikologi yang lebih mendasar. Kita dapat mengetahui tingkat kesukaran soal pilihan ganda dengan cara menghitung. Rumus mengetahui tingkat kesukaran (P) soal pilihan ganda adalah jumlah jawaban benar dibagi jumlah seluruh peserta tes. Kemudian ditentukan kategorinya.
B.       Saran
Guru sebagai penyusun dan pengguna soal tes pilihan ganda diharap memperhatikan kaidah penulisan soal pilihan ganda. Dalam menentukan tingkat kesukaran soal pilihan ganda hendaknya merata dalam satu paket soal. Akhirnya semoga, ilmu yang sedikit ini dapat sebagai literatur/ acuan guru dalam menentukan soal tes pilihan ganda.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Mardapi, Djemari. 2008. Teknis Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra Cendekia.
Sudijono, Anas. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukardi, 2012.Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, Hamzah B dan Satria Koni. 2013. Assesment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Widoyoko, Eko Putro. 2013. Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.